Bagaimana bisa ia merasa pasangannya bergejala selingkuh? “itu lho mas, ada sms di inboxnya pakai kata “sayang” segala!”.
Ups! Saya jadi tersenyum kecut geli sendiri, dahulu kala saya begitu
berbunga-bunga sewaktu ber-sms ria sama emaknya Zia yang selalu
menyandingkan kata sayang dalam bersapa.
Seumur-umur jarang-jarang saya disanjung dengan kata-kata sayang, alias
saya tidak terbiasa. Tapi eh! Ternyata memang emaknya Zia begitu adanya,
untuk setiap orang yang ada dihatinya maka tak sungkan ia menyanjung
dengan panggilan sayang, termasuk … keponakannya. Emh! Aku tertipu!
(sementara emaknya zia malah ketawa …. “Hahaha .. ya nggak gitulah sayang”. Uh! Sayang lagi, sayang lagi!)
“itu juga mas, temennya (perempuan) sering nelpon-nelpon. Sampe lama banget .. bla, bla,bla .. “.
Lagi-lagi saya jadi kecut geli sendiri kalau ingat tempo hari. Betapa
saya menjadi nyinyir menatap curiga , tak tahan menyaksikan betapa lama
emaknya zia bertelepon ria dengan eks-teman kerjanya, pakai
ketawa-ketawa segala. “Kok lama banget sih nelponnya!” begitu ujar saya bertarik curiga selesai dia bicara. “nggak
ada apa-apa, itu si andy (nama samaran), Tanya-tanya dokumen kasus
tempo hari. Dia nggak ngerti apa-apa, dokumennya juga ngaa tahu entah
dimana”. .. Oooohhh!!!
—-
“Jadi gimana mas, kasih saran dong apa yang harus saya lakukan?!” .. tuinnnggg!!! saran?!
Emhh… gimana yaa?! Saya juga nggak terlalu paham mau ngomong apa.
Cuma yang jelas setahu saya, saya sama sekali nggak punya pikiran sejauh
itu kalau dia bisa seperti itu, selingkuh.
Malah saya pikir, dia sekarang sedang begitu sibuk dengan project
barunya. Setiap bertemu, kalau saya begitu berapi-api cerita seputar dunia ngeblog,
dan bagaimana asyiknya ngeblog .. sementara dia teramat bersemangat
bercerita seputar dunia kerjanya, teknologi canggih dalam pekerjaannya,
bahkan sampai masalah teknis yang saya sendiri sudah hampir lupa. … bla …
bla .. bla …
Atau barangkali coba lebih banyak komunikasi, bisa seputar anak dan rencana persiapan masa depannya, mudah-mudahan bisa lebih mengingatkan tanggung jawab kita sebagai orangtua. At least mempersempit ruang gerak agar tidak mudah tergoda
Atau barangkali coba lebih banyak komunikasi, bisa seputar anak dan rencana persiapan masa depannya, mudah-mudahan bisa lebih mengingatkan tanggung jawab kita sebagai orangtua. At least mempersempit ruang gerak agar tidak mudah tergoda
Tidak ada komentar:
Posting Komentar